Srikandi dari Penjara Suci
Santriwati bukan sekedar siswi pondok. Santriwati adalah aset berharga bangsa, yang sejak dahulu turut menjadi garda terdepan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Nama-nama besar seperti Pangeran Diponegoro, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy’ari, hingga Imam Bonjol adalah bukti sejarah bahwa santri bukan hanya ahli agama, tapi juga pejuang perubahan.
Seperti kata Gus Dur, Presiden RI ke-4 yang juga seorang santri sejati:
“Santri adalah kekuatan bangsa yang harus terus diberdayakan untuk menciptakan perubahan yang positif.”
Pesantren: Sekolah Kehidupan yang Mendidik Jiwa dan Nurani.
Di pesantren, santriwati ditempa—bukan hanya belajar ilmu agama, tapi juga belajar tentang nilai karakter, kepemimpinan, dan tanggung jawab sosial.
Disiplin ketat, adab harian, jadwal padat, hingga amanah organisasi bukanlah beban, tapi sekolah kehidupan yang membentuk mental kuat dan hati yang peka. Kalau kata nasyid gontor “Coba kau dengarkan dan coba kau lihat apa
yang kau rasakan… Sadarkah dirimu bahwa semua itu adalah pendidikan…”, Nah, tanpa disadari apa-apa yang sudah dilalui di pondok adalah pendidikan.
Santriwati belajar bahwa ilmu yang benar adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang diamalkan, dibagikan, dan dirasakan oleh umat. Maka dari itu, sejak dini santri sudah dibekali nasihat: “Jangan hanya pintar, tapi jadilah orang yang berguna.”
OSADU: Belajar Memimpin, Belajar Mengabdi
Di Pondok Daarul Ukhuwwah Putri 1 Malang, santri punya wadah latihan yang sangat berarti: OSADU (Organisasi Santri Daarul Ukhuwwah). Di sinilah santriwati belajar bagaimana rasanya memimpin dan dipimpin. Bagaimana caranya menyusun program, mengatur acara, menyuarakan aspirasi teman, sampai menyelesaikan konflik dengan hati-hati.
OSADU bukan hanya sekadar OSIS versi pondok. Ia adalah miniatur dunia nyata. Setiap divisi punya tanggung jawab, dari keibadahan, keamanan, kebersihan, hingga pengembangan diri santri, juga divisi yang lainnya. Dan hebatnya, semua itu digerakkan oleh para santriwati sendiri. Dari santriwati, oleh santriwati, untuk santriwati.
Nggak cuma Belajar, Tapi Juga Beraksi.
Santriwati bukan hanya belajar untuk ujian. Santriwati belajar untuk umat. Apa yang dipelajari hari ini—tentang adab, manajemen waktu, organisasi, logika berpikir—semuanya akan berguna nanti ketika mengabdi di masyarakat.
Santriwati punya potensi luar biasa untuk hadir di berbagai lini masyarakat:
· Mengajar di daerah terpencil.
· Mendirikan pesantren atau madrasah baru.
· Menjadi tokoh masyarakat yang disegani.
· Bahkan menjadi pemimpin yang jujur dan adil.
Dan semua itu dimulai dari tempat ini—dari “penjara suci” yang membentuk kita.
Dari Kamar Santri Menuju Panggung Negeri
Jangan anggap remeh hari-hari di pondok. Bangun di sepertiga malam, kadang nangis kalau hafalan nggak masuk-masuk, amanah di OSADU, amanah di kepramukaan, yang diemban para murafiqah atau pun yang belum sempat mengemban amanah OSADU—tenang, waktumu akan tiba. semua itu sedang melatih kita menjadi pribadi yang kuat, Tangguh akan ujian yang menghadang.
Suatu saat nanti, mungkin kita akan berdiri di tengah masyarakat yang butuh keadilan. Mungkin kita akan menjadi tokoh yang didengar. Mungkin kita akan masuk dalam
sistem politik—bukan untuk dihormati, tapi untuk berjuang demi rakyat, dan bukan menjadi beban rakyat.
Maka hari ini, mari jalani proses dengan niat yang kuat. Jangan minder jadi santriwati. Justru banggalah—karena dari sinilah lahir para pemimpin sejati, para srikandi untuk negeri. Karena santriwati bukanlah hanya ahli agama, tapi juga memiliki akal sehat, hati bersih, dan jiwa yang mempedulikan umat. Dan itu semua adalah modal penting dalam menghadapi dunia, termasuk dunia politik.
Maka jangan pernah remehkan hari-harimu di pondok. Sebab di balik sajadah, di antara kalam rabb yang sering di tangisi, dan di balik senyapnya malam tahajud, sedang dipersiapkan seorang pemimpin masa depan.
Dari kamar santri, menuju panggung negeri—dengan bekal iman, ilmu, dan pengabdian.
“Ditempa di penjara suci, untuk suatu hari nanti, menginspirasi dan mengabdi pada negeri.”
Oleh
Al-Ustadzah Azrina
Dzul Alfi