Pahala Unlimited bagi Orang yang Mengajarkan Anaknya Al-Qur’an

Pahala Unlimited bagi Orang yang Mengajarkan Anaknya Al-Qur’an

kitab khazinatul asrar

Pada kesempatan kali ini, Al-Ustadz KH Ahmad Syakirin Asmui, Lc, MA mengaji sebuah kitab yang ditulis oleh Sayyid Muhammad Haqqiy An-Naziliy. Kitab yang sudah sering dipakai di pondok-pondok salaf ini menjabarkan betapa pentingnya Al-Qur’an dalam hidup kita.

Bab yang dibahas pada malam Sabtu, 19 September lalu ini berjudul ‘ Hadits-Hadits tentang Orang yang Mengajarkan Anaknya al-Qur’an serta Ancaman bagi yang Meninggalkannya.’ 

:روى عن عبد الله بن سمرة رضى الله عنه قال

 أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،مَا أَجْرُ مَنْ عَلَّمَ وَلَدَهُ كِتَابَ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” الْقُرْآنُ كَلامُ اللَّهِ لا غَايَةَ لَهُ، قَالَ: فَجَاءَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلامُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا جِبْرِيلُ، مَا أَجْرُ مَنْ عَلَّمَ وَلَدَهُ كِتَابَ اللَّهِ؟ ، قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، الْقُرْآنُ كَلامُ اللَّهِ لا غَايَةَ لَهُ، ثُمَّ صَعَدَ جِبْرِيلُ إِلَى السَّمَاءِ، فَسَأَلَ إِسْرَافِيلَ: مَا أَجْرُ مَنْ عَلَّمَ وَلَدَهُ كِتَابَ اللَّهِ؟ فَقَالَ إِسْرَافِيلُ: يَا جِبْرِيلُ، الْقُرْآنُ كَلامُ اللَّهِ لا غَايَةَ لَهُ، ثُمَّ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَنْزَلَ جِبْرِيلَ عَلَى رَسُولِهِ عَلَيْهِمَا السَّلامُ، فَقَالَ: إِنَّ رَبَّكَ يُقْرِئُكَ السَّلامَ، وَيَقُولُ: مَنْ عَلَّمَ وَلَدَهُ الْقُرْآنَ، فَكَأَنَّهُ حَجَّ الْبَيْتَ عَشَرَةَ آلافِ حَجَّةٍ، وَكَأَنَّمَا اعْتَمَرَ عَشَرَةَ آلافِ عُمْرَةٍ، وَكَأَنَّمَا غَزَا عَشَرَةَ آلافِ غَزْوَةٍ، وَكَأَنَّمَا أَعْتَقَ عَشَرَةَ آلافِ رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَكَأَنَّمَا أَطْعَمَ عَشَرَةَ آلافِ مُسْلِمٍ جَائِعٍ، وَكَأَنَّمَا كَسَا عَشَرَةَ آلافِ مُسْلِمٍ عَارٍ, ويكون معه فى القبر حتى يبعث ويثقل ميزانه وجاز على الصراط كالبرق الخاطف ولم يفارقه القرأن حتى ينزله من الكرامة أفضل ما يتمناه

Berikut penjelasan singkat mengenai hadits di atas :

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Samurah, ia mengisahkan:

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pahala bagi orang yang mengajarkan anaknya Al-Qur’an?” Rasulullah menjawab, “Al-Qur’an adalah firman Allah dan itu tidak ada batasnya.” Artinya, pahala yang didapatkannya tidak ada batasnya.

Kemudian Rasulullah SAW. bertanya pada Malaikat Jibril, “Wahai Jibril, apakah pahala bagi orang yang mengajarkan anaknya Al-Qur’an?” Jibril pun menjawab, “Al-Qur’an adalah firman Allah dan itu tidak ada batasnya.” Lalu Jibril bertanya pada Malaikat Israfil dengan pertanyaan yang sama. Kemudian ia menjawab, “Al-Qur’an adalah firman Allah dan itu tidak ada batasnya.”

Jibril pun kembali dan berkata pada Nabi Muhammad SAW., “Wahai Muhammad, Tuhanmu menitipkan salam untukmu. Lalu Ia berkata,

‘Barang siapa mengajarkan anaknya Al-Qur’an, maka ia seperti :

  • Melaksanakan 10.000 kali haji
  • Berumroh sebanyak 10.000 kali
  • Berperang di jalan Allah sebanyak 10.000 kali
  • Memberikan makan kepada 10.000 muslim yang sedang kelaparan
  • Memberikan pakaian kepada 10.000 muslim yang membutuhkan.

Pahala-pahala tersebut akan dibawa hingga kematian menanti, lalu ia akan dibangkitkan bersama cahaya yang meneranginya. Ia juga akan melewati shirath (jembatan terbentang di atas neraka Jahannam yang akan dilewati oleh manusia ketika menuju surga) dengan kecepatan kilat. Dan Al-Qur’an pun tidak berpisah darinya sampai ia didudukkan dalam kemuliaan surganya Allah. Yaitu lebih baik daripada apa-apa yang ia harapkan di dunia.

ilustrasi orang tidur

Hadits kedua yang dibahas berbunyi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ مَكَانَهَا عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقَدُهُ كُلُّهَا فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ

Penjelasannya :

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari di atas menyebutkan bahwa ketika seseorang tidur, setan akan menalinya dengan tiga ikatan tali. Lalu tiga ikatan tersebut diikatkan oleh setan sepanjang malam. Jika ia terbangun, lalu ia berdzikir kepada Allah, maka satu tali akan terlepaskan. Jika ia berwudhu, maka lepaslah tali yang kedua. Jika ia melaksanakan shalat (bersyukur setelah berwudhu) dengan disambung sholat lainnya, maka tali yang ketiga akan terlepas.

Dan ketika waktu shubuh datang, ia akan bersemangat dalam beribadah juga terhindar dari kemalasan. Jika ia tidak berdzikir, berwudhu, ataupun melaksanakan shalat, maka ia akan merasakan kemalasan san ketidaknyamanan dalam beribadah.

Dalam riwayat lain mengatakan, bahwa dapat melakukan dzikir setelah bangun dari tidur dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil dan takbir.

hadits ketiga

Dalam hadits tersebut, dikisahkan ada seorang lelaki yang tidur hingga datangnya waktu shubuh dan ia enggan melaksanakan shalat. Maka, kata Rasulullah SAW., ia telah dikencingi oleh setan. Na’uudzubillah min dzaalik..

Nah, itulah beberapa hadits yang dibahas dalam buku Khazinatul Asrar. Bukan hanya itu, sang penulis kitab juga menjabarkan lima tingkatan orang yang kuat sepanjang malam, tidak tidur demi melaksanakan ibadah. Seperti Imam Abu Hanifah, Said ibn Musayyab, Fudhoil bin ‘Iyadh, Abu Sulaiman Ad-Daroni, dan juga Malik bin Dinar. Mereka adalah generasi yang hidup setelah zaman Rasulullah SAW. (tabi’in).

Berikut lima tingkatan tersebut :

  1. Mereka melaksanakan sholat shubuh dengan wudhu yang dilakukan ketika shalat isya’. Mereka menjaga wudhunya dengan amalan-amalan shalih.
  2. Melaksanakan qiyamullail pada pertengahan malam. Yaitu dengan tidur di sepertiga malam pertama dan ketika menjelang tengah malam ia melaksanakan qiyamullail.
  3. Melaksanakan qiyamullail pada sepertiga malam terakhir. Yaitu melaksanakan qiyamullail kemudian tidur sejenak sebelum masuknya waktu shubuh aga menghilangkan kantuk di pagi hari.
  4. Bangun di awal malam dengan dengan melaksanakan qiyamullail hingga mengantuk lalu tidur. Jika terbangun, ia melanjutkan shalatnya kembali. Bila ia mengantuk, ia tidur kembali dan ketika terbangun, ia melanjutkan shalatnya. Seperti yang dilakukan oleh Ibnu Umar (Abdullah bin Umar RA.)
  5. Melakukan qiyamullail sebanyak empat raka’at, kemudian ia berdzikir dan berdo’a.

Tak lupa, sang penulis juga menjelaskan empat sebab yang memudahkan kita untuk bangun malam.

Faktor/penyebab yang ditinjau dari aspek dhohir (jasmani) sebagai berikut :

  1. makan secukupnya
  1. Tidak memperbanyak makan dan minum. Jika hal tersebut dilakukan , maka akan mudah mengantuk dan sulit untuk bangun.
  2. Tidak banyak melakukan aktivitas berat pada siang hari.
  3. Jangan tinggalkan qailulah (tidur kurang lebih 20 menit di siang hari).
  4. Tidak melakukan dosa pada siang hari. Dan jika hal tersebut dilakukan, akam menghindarkan rahmat Allah darinya.

Sedangkan faktor batin (kejiwaan) antara lain:

  1. Jangan pernah merasa dengki atau iri dengan orang lain.
  2. Jangan merasakan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan.
  3. Mengerti akan keutamaan qiyamullail.
  4. Mencintai Allah.

Subhaanallah… Betapa banyak ilmu yang bisa kita dapatkan dari sini. Tinggal bagaimana cara dan komitmen kita untuk senantiasa mengamalkan ilmu-ilmu tersebut. Semoga kita termasuk dari hamba-hambaNya yang istiqomah dalam kebaikan, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin… [Annisa Fitri]

Tinggalkan Balasan