Highlight PPDU Putri 01 : Halaqoh Takhossus, Benih-Benih Utrujjah di Bumi Arema
menjadi para penghafal qur’an
tak semudah membalikkan tangan
penuh perjuangan
butuh pengorbanan
ketekunan juga kesabaran…..surat demi surat di bacakan
ayat demi ayat di hafalkan
tidak pernah bosan untuk melafalkan
30 juz pun di khatamkan…[melodi]
surat demi surat di bacakan
ayat demi ayat di hafalkan
tidak pernah bosan untuk melafalkan
30 juz pun di khatamkan…muroja’ah setiap hari
tanamkanlah didalam diri..
muroja’ah setiap hari
demi untuk membangun negeri..ketika sendiri
duduk atau berdiri
muraja’ah tak pernah berhentiketika sendiri
duduk atau berdiri
mari muraja’ah sampai mati…[melodi]
muroja’ah setiap hari
ikhlaskanlah di dalam hati…
muroja’ah setiap hari
tuk mengapai ridho illahi…ramai atau sepi
siang malam hari
muroja’ah tak pernah berhenti…ramai atau sepi
siang malam hari
mari muroja’ah sampai mati,,,sampai malaikat menjemput nanti….
#Mars Muroja’ah
Banyak orang berujar menjadi seorang penghafal Qur’an itu sukar. Banyak ujian, banyak cobaan, apalagi berbagai tuntutan muroja’ah juga sikap yang berlandaskan “katanya hafidz Qur’an”, juga sebagainya. Sehingga terkadang, beberapa ungkapan pun muncul ke permukaan.
“Mending hafal juz ‘amma tapi mutqin ketimbang 30 juz tapi ambyar.”
“Hafal Qur’an kok banyak polah. Liar pula.”
“Gak apa lah gak selesai, yang penting entar suaminya hafidz dong.”
Tak apa banyak halangan. Boleh yang lain berpendapat. Semua tak salah. Tapi bukan berarti menjadi tepat. Karena bila yang dipersoalkan karakter dari topik yang kita bahas kali ini, bukan gelar ‘hafidz’ yang jadi masalah. Tapi pribadi perseorangan itu sendiri. Bila yang dipersoalkan adalah penjagaan terhadap hafalan, sebuah komitmen di awal yang dipertanyakan. Niat untuk apa? Ketenaran, pujian, atau lillahi ta’ala? Begitu pula dengan perolehan jodoh. Hei, bukankah lelaki yang baik untuk wanita yang baik? Maka, jadilah seorang hafidzah! Jika ingin memiliki pasangan yang hafidz 🙂
Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah Sang Pemegang kunci seluruh kejadian alam semesta. Meski terbilang baru, tahun ini Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri 01 memberi peluang bagi kami untuk meraih impian terbesar para orang tua pada anaknya. Tanpa biaya administrasi tambahan ataupun syarat-syarat merepotkan lainnya. Karena yang dibutuhkan sejak awal hanyalah satu. Kemauan, kemampuan, serta komitmen dalam menghafal.
Mengingat pondok ini yang masih menganut kurikulum yang heterogen-termasuk Depag, Diknas, KMI, Azhari, dan kurikulum sendiri, mengembangkan sebuah program untuk hafalan Qur’an bertarget 30 juz merupakan sebuah dobrakan yang luar biasa hebat. Bahkan terlihat nekat di awal, meski semua itu sudah pasti tak memiliki kata mustahil untuk keberhasilannya.
Pada tanggal 11 Agustus 2020 lalu, diadakanlah daurah Qur’an pertama yang diisi langsung oleh al-Ustadz Dafik Syahroni, Lc., ketua Lajnah Tahfidzul Qur’an PPDU Putri 01 sekaligus pencetus metode menghafal tahun ini. Sebuah tema ” Menjadi Pribadi Utrujah dengan Karakter Qur’ani” pun diangkat untuk memicu semangat 70-an santriwati yang bersedia mengikuti program takhossus (tahfidz khusus). Ketika daurah kedua dimulai, bertambahlah total calon anggota program takhossus menjadi 90-an.
Dikarenakan ini adalah program perdana dalam sejarah PPDU, juga faktor keterbatasan pendamping halaqoh takhassus, tanpa ingin mengambil resiko diadakanlah seleksi untuk menyeiramakan kesesuaian tempo dan kemampuan. Pada hari Jumat, seleksi tuntas terlaksana untuk 33 santriwati pillihan yang dipandang siap untuk menjadi bibit-bibit utrujah Daarul Ukhuwwah.
Dan di sinilah kami, 33 santriwati takhossus yang tengah berjuang dengan lembaran ayat demi ayat suci al-Qur’an. Tiga halaqoh Qur’an dengan dengan 11 anggota pun terbentuk dalam bimbingan Ustadz Dafik, Ustadz Syakirin, juga Hafiza (santri kelas 4 yang telah menyelesaikan hafalan 30 juz). Di awal semua terasa berat. Metode yang digunakan tampak berbeda jauh dari metode Tikrar di tahun sebelumnya. Namun, disaat yang sama, ruh-ruh Qur’ani kami juga terbakar bara api semangat. Terasa lebih khidmat dan lebih meresap. Seolah baru kali inilah kami memahami dengan benar apa arti dan tujuan hakiki dari menghafal al-Qur’an.
Dikarenakan target kami yang berusaha untuk mengkhatamkan 30 juz dengan mutqin dalam kurun waktu dua tahun, kami pun selalu mendapat bayangan-demi bayangan penyemangat dari para asatidz maupun ustadzat akan indahnya nuansa haru wisuda kelulusan. Terkhusus bagi orang tua kami yang merasa bangga atas pengumuman hasil jerih payah kami selama dua tahun terakhir. Di tambah lagi, tempat halaqoh kami juga berada dalam area pondok yang bisa dibilang terpencil. Jauh dari kebisingan ataupun lantunan muroja’ah dari halaqoh lain yang rata-rata bertempat di sekitar musholla pun gedung kelas.
Alhamdulillah, setelah lebih kurang satu bulan halaqoh kami berjalan, target satu juz berhasil kami dapatkan. Meskipun beberapa menit terdapat salah dalam pelafalan, kami senantiasa memuroja’ah kembali satu juz tersebut sembari meneruskan target juz kedua untuk satu bulan ke depan.
Dengan bekal tekad juga semangat muroja’ah serta keahlian wajib untuk mencuri-curi waktu di sela kesibukan rutinitas pondok, insya Allah kami siap menjadi tunas-tunas utrujah yang memposisikan al-Qur’an sebagai kebutuhan dan bukan kewajiban. Dan itu semua tak akan terwujud kecuali dengan kebaikan dan keridhoan Allah, pun untaian do’a terbaik para ustadzdan ustadzah, teman-teman, dan juga orang tua.
Untuk segala dukungan dan do’a, kami ucapkan terima kasih.
Jazakumullah khoiron jazaa’.
Semoga kita semua mendapatkan syafa’at dan teman terbaik hingga ke liang lahat, yakni Al-Quran Al-Karim.
[Casilda Mar’atus]
Nanik Agustiningsih
Semoga semua santri PPDU Putri 1 Malang menjadi Hafidzah semua. Aamiin
Dupi Malang
Allahumma aamiin, Yaa Rabbal ‘aalamiin… Terima kasih atas dukungannya bunda… Semoga bunda sekeluarga selalu dikarunia kesehatan oleh Allah SWT. 🙂
Dupi Malang
aammin