Kajian Kitab Ummul Barohin
Kitab Ummul Barohin merupakan karya masterpiece seorang ulama’ yang berasal dari daerah Tilmisan, Aljazair, Afrika Utara. Beliau bernama lengkap Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Umar bin Syu’aib as-Sanusi At-Tilmisani, atau biasa disebut Imam Sanusi. Beliau lahir pada tahun 832 H/1428 M, dan wafat pada tahun 895 H/1490 M.
Kitab ini menjadi salah satu rujukan terpenting umat islam hingga sekarang, terutama dalam ilmu aqidah atau ilmu tauhid. Pada kajian kali ini, kita akan membahas hubungan erat antara iman dan ilmu dalam agama Islam.
A. Sedalam Makna Syahadatain
Semua muslim pasti hafal dengan lafadz dari dua kalimat syahadat. Kalimat yang merupakan rukun iman pertama ini bermakna “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah”.
Namun ternyata, makna yang dikandungnya lebih dari sekedar iman kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Melainkan bermakna iman kepada kitab-kitabNya, malaikat-malaikatNya, hari akhir, pun iman kepada qadha’ dan qadarNya.
Mengapa demikian? Beriman kepada Allah berarti beriman kepada seluruh ciptaanNya, termasuk hal-hal yang ghaib. Seperti para malaikat, jin, takdir masa depan, serta berita-berita tentang hari akhir.
Begitu pula iman kepada Rasulullah SAW. bermakna iman kepada risalahnya, pun kepada risalah nabi dan rasul yang datang sebelumnya.
B. Jumlah Nabi dan Rasul
Selama ini, yang kita ketahui hanyalah 25 nabi dan rasul. Namun, pernah juga terdengar nama nabi-nabi lain seperti Nabi Khidir as, Nabi Daniyal as, Nabi Uzair as, Nabi Syith as, dll. Ya, memang benar. Jumlah nabi dan rasul bukan hanya 25 orang yang kita ketahui saja, namun terdapat lebih dari 100.000 total keseluruhan nabi dan rasul.
Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu,
قُلتُ: يا رسولَ اللهِ، كم وَفَّى عِدَّةُ الأنبياءِ؟ قال: مِئةُ ألْفٍ وأربعةٌ وعشرونَ ألْفًا، الرُّسُلُ مِن ذلك ثلاثُ مِئةٍ وخَمسةَ عَشَرَ جَمًّا غَفيرًا
“Aku berkata: wahai Rasulullah, ada berapa jumlah Nabi? Rasulullah menjawab: Nabi ada 124.000 orang dan di antara mereka ada para Rasul sebanyak 315 orang, mereka sangat banyak” (HR. Ahmad no.22342, didhaifkan Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah [2/140]).
Kemudian, dijelaskan lagi perihal nabi dan rasul tersebut di dalam hadits lain yang berbunyi;
أَرْبَعَةٌ مِنَ الْعَرَبِ هُودٌ وَصَالِحٌ وَشُعَيْبٌ وَنَبِيُّكَ يَا أَبَا ذَرٍّ
Artinya “Di antara mereka ada Empat nabi yang berasal dari orang arab; Hud, Shaleh, Syu’aib, dan Nabimu (Muhammad) wahai Abu Dzar.” (HR. Ibnu Hibban).
Dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bangsa Arab terbagi menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah Arab ‘Aribah, yakni bangsa Arab yang asli, tanpa percampuran dari bangsa lainnya. Nabi yang termasuk dari golongan Arab ‘Aribah antara lain, Nabi Hud as, Nabi Shalih as, dan Nabi Syu’aib as. Ras ini pun diriwayatkan sudah punah, digantikan dengan ras Arab Musta’robah.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW termasuk golongan Arab Musta’rabah, yakni ras Arab yang telah mengalami percampuran dengan ras Mesir. Bermula dari kisah Nabi Ibrahim as yang menikahi Siti Hajar-seorang budak wanita yang awalnya adalah seorang putri Mesir. Namun ia dijadikan tawanan setelah Mesir kalah perang, kemudian ia melahirkan Nabi Isma’il as-kakek moyang ras Arab Musta’robah.
C. Perbedaan Nabi dan Rasul
Kata ‘nabi’ secara bahasa memiliki dua makna, yaitu:
- Naba’ artinya kabar (karena nabi mengabarkan kepada manusia misi yang dia bawa).
- Nubwah artinya gundukan tanah, atau dataran yang lebih tinggi dari dataran yang lainnya (karena derajatnya ditinggikan oleh Allah SWT).
Sedangkan secara istilah, nabi bermakna seseorang yang Allah beri wahyu. Dan diperintahkan untuk menyampaikan syari’at yang telah ada (dari nabi) sebelumnya, tanpa membawa syari’at yang baru.
Sedangkan Rasul merupakan orang yang Allah beri wahyu dan diperintahkan untuk menyampaikan syari’at baru kepada umatNya. Di situlah titik perbedaannya.
Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menyebutkan suatu ungkapan, علماء امتي كانبياء بني اسرائيل, para ulama’ umatku (Nabi Muhammad SAW) bagaikan nabi-nabi Bani Israil. Maksudnya, setelah Rasulullah SAW wafat, tiada nabi yang diutus setelahnya. Namun, ada ulama’ yang secara tidak langsung ‘diutus’ oleh Allah Ta’ala untuk mewarisi risalah kenabian. Artinya, tugas para ulama’ hanyalah untuk menyampaikan atau mempertegas syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, bukan malah membuat yang baru sesuai dengan keinginannya.
D. Keutamaan Ilmu
Selain itu, makna yang bisa kita tangkap selain dari perbedaan nabi dan rasul, bahwasanya ilmu itu sangat utama, begitu pula orang yang memilikinya.
Dalam Qur’an Surat Az-Zumar ayat 9, Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Sedangkan, dalam Qur’an Surat Fathir ayat 28, Allah berfirman,
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
Berikut beberapa rangkuman yang mampu kita sajikan mengenai kajian Kitab Ummul Barohin yang diadakan pada Hari Jum’at, 6 November lalu. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kajian ini. Wallahu a’lam bish showaab. [Admin]