Pengantar Ujian Akhir Semester Ganjil 2020/2021
Tepat pada hari Ahad, 17 November 2020, mudir pondok kami, al-Ustadz KH. Ahmad Syakirin Asmu’i, Lc, MA menyampaikan pengantar ujian akhir semester ganjil tahun pelajaran 2020-2021. Rangkaian ujian tersebut dimulai sejak hari Senin, 18 November s.d. hari Sabtu, 12 Desember 2020.
Ujian yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan ini dimulai dengan ujian tahfidz al-Qur’an selama sepekan. Kemudian dilanjutkan dengan ujian praktek dan lisan di pekan berikutnya. Lalu diakhiri dengan ujian tulis selama dua pekan.
Dalam ‘orasi’ beliau, pak kyai menyampaikan beberapa point penting terkait urgensi ujian dan hakikatnya.
- Pentingnya Ujian dalam Kehidupan Manusia
الامتحان تعب ولكن الحياة بدون الامتحان أتعب
Ujian itu melelahkan, namun kehidupan tanpa ujian lebih melelahkan.
Ujian itu bagaikan penggaris. Ia mengukur seberapa besar kemampuan seorang individu dalam bidang yang diujikan tersebut. Jika tiada ujian, maka manusia tidak akan mampu mengukur seberapa besar kemampuan masing-masing individu. Karena setiap orang pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Ujian dalam kehidupan juga merupakan sebuah keniscayaan. Dalam Surah Al-Mulk ayat kedua Allah berfirman,
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
artinya, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
Jadi, bukan hidup namanya kalau belum diuji. Karena Allah pasti menguji manusia selama mereka hidup di dunia ini. Siapa yang mampu menghadapinya dengan sikap yang baik dan diridhoi Allah Ta’ala pasti beruntung dunia akhirat. Namun, bagi siapa yang menghadapinya dengan sikap yang buruk, maka ia malah akan mengundang murka Allah ‘Azza wa Jalla. Na’uudzu billaahi min dzaalik..
2. Ilmu yang Banyak VS Ilmu yang Berkah
Ilmu sudah menjadi kebutuhan manusia sejak awal mula kehidupan. Mulai dari buaian ibu hingga akhirnya masuk ke liang lahat, kita semua membutuhkan ilmu. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya.
Yang diperlukan manusia adalah ilmu yang berkah, bukan ilmu yang banyak. Karena ilmu yang banyak belum cukup untuk memberikan manfaat yang baik dalam kehidupan.
Contoh nyatanya ialah koruptor. Para koruptor kebanyakan berasal dari kalangan orang berpendidikan tinggi. Namun, apakah ilmunya memberikan manfaat bagi ummat? Tidak, namun justru sebaliknya, ia membawa kerugian bagi ummat manusia.
3. Islam Tidak Menghalalkan Segala Cara untuk Mencapai Tujuan
الْغَايَةُ لاَ تُبَرِّرُ الْوَسِيْلَةَ إِلاَّ بِدَلِيْلٍ
“Tujuan tidak membolehkan wasilah (cara) kecuali dengan dalil”
Kalimat tersebut merupakan salah satu kaidah ushul fiqh yang menjadi pegangan hidup ummat Islam. Kaidah ini pulalah yang menjadi dalil bahwasanya islam adalah rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh makhluk. Karena dalam islam, semua perlu usaha dan proses yang bertahap. Tidak seperti ideologi komunis yang menghalalkan segala cara demi meraih tujuannya.
Tujuan yang syar’i harus ditempuh dengan cara-cara yang syar’i pula. Oleh karena itu, perbuatan-perbuatan curang seperti mencontek saat ujian tidak dibenarkan dalam Islam.
Semoga kita semua mampu mencapai tujuan tertinggi dalam hidup kita dengan cara yang mulia pula, Wallahu a’lam bish showaab.. [Almaida Ifana]