Tentang Santri
Liukan merah putih berkibar, seakan menandakan kegagahannya. Ratusan tangan memberi hormat. Senandung pun terdengar tegas namun tetap berirama.
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku, yang kucinta…
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya….
Selalu seperti ini, hatiku tersentuh tiap kali lantunan lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Bukan hanya itu, lantunan Mars Daarul Ukhuwwah dan Hymne Oh Pondokku ditambah dengan Mars Hari Santri memberikan sebuah sentuhan lembut bagi hati ini. Sentuhan lembut yang dengan cepat menjalar ke sekujur tubuh bak aliran listrik, lalu berakhir di kedua haru pelupuk mata.
Bukan apa, namun bayangan akan sejarah perjuangan para santri yang ikut andil dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa ini, suka duka dalam menjalani hari-hari tanpa orang tua di sisi, serta berbagai tekad mulia yang telah menjadi cita-cita semakin jelas mengitari lubuk nurani.
Ah…, SANTRI!
Satu kata yang menjadi slewengan arti, sabar mengantri. Yap, mungkin banyak benarnya. Sabar mengantri bagi seorang santri bukan sekedar untuk masalah keseharian seperti makan dan minum. Namun juga sabar mengantri untuk mendapatkan limpahan RidhoNya di dunia dan akhirat kelak.
SANTRI!
Kesederhanaan yang selalu diselimuti kebahagiaan, tak lepas dari keberkahan ilmu sang mu’allim. Senyuman bersama kawan, menyimpan sejuta rahasia kehidupan. Meskipun selalu pandai menyimpan kesedihan, terlebih di hadapan kedua orang tua.
SANTRI!
Yang tak berpenampilan neko-neko. Rapi dalam shof ta’lim rutinan. Berpedoman pada dua kata, “MANUT SUKSES”. Biarlah orang berkata apa, niat kita tetap satu, meraih ridho Sang Illahi.
Selamat Hari Santri 2020
Santri Kuat
Indonesia Sehat
[Shinta Mardiyatul]