Puncak Perjalanan Santri PPDU
“Kalian tahu, apa kesalahan kalian?”
Hanya diam, tanpa suara. Hanya gelengan kepala yang entah apa artinya.
“Kalian merasa? Atau jangan-jangan kalian tidak merasa sama sekali?”
Tetap dalam keheningan.
“Kalian itu adalah santri yang paling besar di pondok ini. Qudwah! Kalian adalah sorotan utama di pondok ini. Apapun perbuatan kalian, akan dilihat oleh adik kelas kalian dan para ustadzah!”, tegur salah seorang ustadzah kepada kami.
***
Ya, beginilah santri Niha’ie (sebutan untuk santri kelas 6 KMI atau setara dengan kelas 12 MA). Mungkin, di benak santri lain menjadi santri niha’ie berarti menjadi santri yang terbebas dari segala peraturan, atau bahkan menjadi santri penguasa di pondok. Tapi itu semua hanyalah fatamorgana. Nyatanya, tidak demikian.
Kami dituntut untuk menaati peraturan, dituntut untuk menjadi qudwah (teladan), dituntut untuk menjadi dewasa, dan masih banyak lagi tuntutan lainnya. Itu semua terkadang membuat kita jenuh juga lelah. Bahkan, tanpa terasa rasa kesal dan amarah pun muncul tiba-tiba.
Namun, ada dua kata yang mampu dengan mudah menepis perasaan-perasaan buruk itu.
JANGAN BAPER!
Satu kalimat itu menjadi prinsip dalam menyelesaikan semua masalah yang ada. Menjadi pembangun ketika jiwa sedang lelah, dan menjadi penyemangat tatkala diri sedang lengah.
Memang, amanah OSADU yang selama ini cukup membebani telah pergi meninggalkan pundak. Namun bukan berarti pundak ini telah terbebas 100% dari beban yang lainnya. Bahkan, amanah menjadi santri niha’ie cukup terasa berat menggantikan beban amanah sebelumnya.
Ketika kami masih menjabat sebagai pengurus OSADU, kami sibuk merancang dan menata peraturan. Maka sekarang, kami sibuk menjalankan peraturan dengan sebaik-baiknya. Ketika kami melanggar, hukuman pun tak lagi sama. Ustadzah akan langsung turun tangan, dan pastinya akan menjadi dua kali lipat hukuman bagi santri kelas 1-5.
Lelah? Memang. Menjadi qudwah bukanlah hal yang mudah. Mencoba tampil se-perfect mungkin, menyembunyikan aib serapat mungkin, berjalan dalam tekanan, dan mengikhlaskan atas semua kejadian. Namun kami tahu bahwa itu semua adalah demi kebaikan kami sendiri.
Semester satu akan segera berakhir. Artinya, rangkaian kegiatan niha’ie akan segera dimulai. Diawali dengan ujian niha’ie (ujian materi kelas 1-6 KMI), amaliyah tadris (praktek mengajar), hingga ditutup dengan fathul kutub (membaca kitab kuning dan menelitinya secara acak) in syaa Allah akan kami jalani.
Ayah, bunda, ummi, abi, ustadz, ustadzah, kami mohon do’a dan restu antum semua dalam menjalani perjalanan puncak ini. Karena sejatinya, di sinilah perjuangan yang sesungguhnya dimulai. Semoga kami semua mampu menjalani hari-hari penuh tantangan ini dengan lancar meski sedikit beronak dan berduri.
Allahu Akbar!
[Luluk Zhuroida & Farikhatul Aulia]