Yang Beda di Liburan Kali Ini
Sepertinya, sudah menjadi tradisi bagi kami para santriwati untuk menunggu liburan tiba. Waktu di mana kami mampu melepaskan segala penat nan rasa suntuk dengan sekelebat kegiatan pondok yang mungkin membosankan. Juga untuk mengurangi rasa bosan tinggal di penjara suci. Ya, kami menamainya penjara suci . Sebuah nama yang telah kami sematkan bagi pondok kami tercinta. Sebuah tempat yang mana telah mengajari kami banyak hal. Ilmu agama, ilmu pengetahuan, dan lainnya. Nah, itu merupakan tantangan tersendiri bagi kami. Tetap menjaga amal ibadah meskipun sedang di rumah.
Namun, liburan kali ini terasa berbeda. Ada hawa mencekam yang menyelimuti kami. Mungkin, Tuhan sedang rindu dengan hamba-hamba-Nya. Rindu aka keluh kesah hamba-Nya yang kini mulai jarang menghadap-Nya. Bisa jadi, melalui wabah peyakit inilah salah satu wasilah-Nya. Wasilah bagi seorang hamba untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq.
Tak sama seperti liburan-liburan yang telah usai, liburan kali ini para santriwati hanya mampu menghabiskannya di dalam rumah. Mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan selama ini. Ya, melakukan segala halnya pun harus di rumah, “Stay at Home”. Namun hal ini tak mampu mematahkan sedikit pun semangat mereka. Justru, mereka lebih bersemangat lagi untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Namun, tak semua santri mampu pulang ke rumah. Kami (santriwati akhir sanah KMI), harus mampu menahan kerinduan yang begitu memuncak. Mencoba mengikhlaskan waktu liburan kami untuk tetap menetap di pesantren. Kalamana semua santriwati sedang bersenang-senang dengan handphone masing-masing, kami justru masih saja berkutat dengan puluhan buku yang siap untuk segera diujikan.
Tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk kedua orang tua kami yang senantiasa tak pernah luput mendo’akan kami dalam setiap sujudnya. Kedua orang tua kami yang meletakkan harapan besar kepada kami.
Ya! Itulah kami-dengan bermacam kisah liburan yang beragam rupa. Kisah-kisah yang yang tak akan mampu dituliskan dalam satu waktu saja. Kisah yang akan sangat terkenang nan tak cukup jikamana hanya diabadikan lewat kata-kata.
[Bilqis Nur]