Pondok Pesantren Daarul Ukhuwwah Putri

Fakta Ulama Penuntut Ilmu yang Belum Banyak Diketahui Orang, Siap-Siap Kaget!

Ilmu itu candu bagi ulama, mereka tak pernah merasa kenyang meski ilmunya terus bertambah setiap hari. Fakta thalabul ilmi (mencari ilmu) bukan hanya kesenangan saja yang akan diperoleh, seringkali harus ada duka dan susah payah dibaliknya. Fakta lain yang menakjubkan sampai harus merantau jauh dari orang tua dan keluarga, meninggalkan teman serta orang-orang terdekat lalu memilih tinggal di tempat asing yang awalnya tak seorangpun dikenal.

Imam Syafi’i berkata :

سافر تجد عوضاً عمن تفارققه # و انصب فإن لذيذ العيش في النصب

Saafir! (bepergianlah) untuk mencari ilmu, meski harus meninggalkan keluarga; tak perlu risau karena akan ada ganti atas apa yang kita tinggalkan. Bahkan, bisa jadi lebih banyak atau lebih baik. Karena sesungguhnya, dalam susah payah ada kenikmatan hidup yang membuat kita merasa bahagia hingga tak henti-hentinya bersyukur.

Fakta lainnya, ilmu (terutama ilmu agama) tidak dapat diperoleh ketika seseorang hidup bergelimang kemewahan dan harta yang berlimpah ruah. Justru ilmu akan diperoleh ketika seseorang berada dalam kesulitan hidup atau kesempitan.

Seorang penuntut ilmu juga harus senantiasa bersabar dalam susahnya menghafal, susahnya memahami pelajaran, hingga letihnya perjalanan dalam mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Karena kita hidup bukan untuk hari ini, tapi juga untuk masa depan. Jika kita menginginkan masa depan yang nyaman dan bahagia, sudah semestinya mulai sekarang kita memaksa serta membiasakan diri kita untuk bersusah payah mencari ilmu.

Fakta selanjutnya, seseorang tidak akan mencapai ilmu yang diinginkan sampai mengalami kefakiran hingga mengalahkan segala rasa lapar, lelah, juga susah. Kefakiran yang membuatnya jauh dari mahligai dunia beserta segala keindahan fatamorgananya. Kefakiran yang membuat ia semakin dekat dengan Rabb-nya hingga senantiasa tersampir di do’anya sajak-sajak pengharapan rahmat dan ketakutan akan adzabNya yang pedih.

Lantas bagaimana cara kita meneladani kebiasaan-kebiasaan para ulama’ salaf tersebut?

Repetition creates habits.

Ulangi kebiasaan-kebiasaan baik dalam hidup kita. Maka kebiasaan baik itu jika tidak kita laksanakan meskipun hanya sekali saja, maka di hati kita akan muncul rasa kekurangan dengan sesuatu yang sangat mengganjal.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mengoreksi diri. Sudahkah kita merasakan apa yang pernah dirasakan oleh ulama’ terdahulu? Sudahkah kita keluar dari zona nyaman seorang penuntut ilmu?

Jika belum, saatnya kita untuk keluar dari zona nyaman tersebut. Kita dapat melakukan puasa sunnah sesering mungkin seperti puasa Daud, puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Baidh, dsb. Tak lupa amalan-amalan sunnah lainnya pun kita rutinkan demi keberkahan dalam tiap perjuangan menuntut ilmu di mana pun dan kapan pun kita berada. Wallahu a’lam bish showaab. [Rizqia Nurani]

Disadur dari Kitab Shafahaat min Shabril Ulamaa’ ‘alaa Syadaaidil ‘Ilmi wat Tahshiil

karya Asy-Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah.

Dikaji oleh Al-Ustadz Ahmad Syakirin Asmu’i Lc, MA di malam Ta’lim Sabtu, 5 September 2020 M.

 

 

 

Tinggalkan Balasan