Muhadhoroh dan Debat, Kegiatan Santri PPDU yang Terbukti Atasi Kendala saat Public Speaking
Public speaking skill atau keterampilan berbicara di depan umum sangat diperlukan di zaman ini. Terutama saat seorang pendakwah ingin menyampaikan isi dari materi-materi ceramahnya. Bukan hanya materinya saja yang diperhatikan, namun cara penyampaiannya pun harus menarik para penonton atau audience agar isi dari materi tersebut lebih mudah difahami serta diamalkan.
Lantas, bagaimana cara PPDU Putri 01 mendidik para santriwatinya untuk jago dalam masalah public speaking?
Jawabannya adalah, dengan muhadhoroh (pidato) dan debat pekanan.
Mengapa harus muhadhoroh?
Pidato yang dimaksudkan di sini adalah pidato tiga bahasa yaitu Arab, Inggris, serta Indonesia. Setiap santriwati kelas 1 sampai 3 (sederajat dengan kelas VII sampai IX SMP) yang mendapat giliran berpidato akan menyampaikan pidatonya di depan santriwati lain yang merupakan anggota grup induk. Satu grup induk terdiri dari tiga grup cabang. Sedangkan satu grup cabang beranggotkan 8-10 santriwati.
Tak lupa, di setiap kesempatan ada dua orang pembimbing dari ustadzah serta santriwati kelas 6 (setara dengan kelas XII SMA) yang akan mengevaluasi berjalannya acara dari awal pembukaan hingga akhir penutupan. Para pembimbing tersebut juga berhak menilai penampilan setiap kelompok muhadhoroh.
Mulai dari yang bertugas menjadi MC, tilawatul Qur’an, dirijen, hingga penutur pidato dinilai secara rinci berdasarkan intonasi, pelafalan, kepercayaan diri, isi, serta bahasa yang digunakan. Penilaian itulah yang kemudian akan menjadi bahan pertimbangan peraih nominasi penutur pidato terbaik saat Speech Award tiap semesternya.
Selain berpidato, latihan public speaking yang tak kalah seru adalah berdebat. Debat yang dimaksudkan di sini adalah debat yang sehat, bukan debat kusir yang tak jelas berakhir. Dengan moderator, notulen, serta panelis debat, acara berlangsung dengan rapi tanpa perseteruan yang berarti.
Jika berpidato merupakan wadah untuk menuangkan satu pendapat, maka debat adalah wadah untuk saling bertukar pendapat yang tentunya membutuhkan pemikiran lebih dalam serta lebih dewasa. Oleh karena itu, untuk kegiatan dua bahasa yang satu ini hanya diadakan bagi santriwati kelas 4 sampai kelas 6 (setara dengan kelas X-XII SMA).
Bagaimana, cukup menantang bukan?
Kegiatan muhadhoroh dan debat pekanan ini dilaksanakan setiap Jumat malam di tempat yang sudah ditentukan oleh Bagian Bahasa (Qism Lughah) Organisasi Santriwati Daarul Ukhuwwah (OSADU) PPDU Putri 01 selaku penanggung jawab acara sekaligus bagian yang mengurusi kebahasaan bilingual (Arab dan Inggris) para santriwati sehari-hari.
Semoga dengan diadakannya rangkaian acara muhadharah serta debat pekanan hingga diakhiri dengan malam puncak BSD (Big Speech & Debate) Award, mampu mewujudkan salah satu tri tekad mulia pondok. Yaitu, mencetak 1000 ulama’ pejuang yang memperjuangkan Islam lewat lisan, tulisan, serta amal ihsan di seluruh penjuru dunia. Wallahu a’lam. [Hayyiz Azizan]